Related

  • B. Biology, campbell reece mitchell
  • B. Frankenstein
  • B. Introduction to biotechnology
  • B. Molecular biology
  • F. Avatar
  • F. Frankenstein
  • F. Hollowman
  • F. Hulk
  • F. Jurassic park
  • F. The island
  • F. The personal
  • many more

Interesting films and books about biotechnology

  • B. Biology, campbell reece mitchell
  • B. Frankenstein, marry shelleys
  • B. Introduction of Biotechnology
  • F. Avatar
  • F. Discovery series
  • F. Frankenstein
  • F. Hollowman
  • F. Island
  • F. Jurassic park
  • F. The personal

Welcome to biotechnology's world

Do you know avatar's film? or maybe jurassic park? it'snt just a fantasy.. We can learn to build superhero or monster in easy step that we'll know in biotechnology. With easy treatment, we can make a little things became worth as gold. Want to know your capability, natural gift, mind, or psychological ? it's easy.. just look at your DNA and all things in your life's will be reavealed. Interest? Check this out, dont miss it!!

Rabu, 07 September 2011

GENETIKA (DOWN SYNDROME)


              
            Kelainan ini pertama kali diketahui oleh Seguin dalam tahun 1844, tetapi tanda-tanda klinis tentang kelainan ini mula-mula diuraikan dalam tahun 1866 oleh seorang dokter bangsa Inggris bernama J. Langdon Down. Berdasarkan fenotip dari pasien yang menunjukan tanda-tanda tuna mental dan adanya lipatan pada kelopak mata, maka kelainan ini semula disebut mongolisme.  Tetapi agar supaya tidak menyakiti hati bangsa Mongol, maka cacat ini kemudian dinamakan sindroma Down.

            Setelah dibuat karyotipedari penderita, ternyata bahwa pasien mempunyai kelebihan sebuah autosom nomor 21. Oleh karena kelainannya terjadi pada autosom, maka penderita sindroma Down dapat laki-laki ataupun perempuan. Sehingga formula kromosomnya dapat ditulis sebagai berikut:
            Untuk penderita laki-laki : 47, XY, +21
            Untuk penderita perempuan : 47, XX, +21
            Cara penulisan +21 berarti ada kelebihan autosom nomor 21.




            Penderita sindroma Down biasanya mempunyai tubuh pendek dan puntung, lengan atau kaki kadang-kadang bengkok, kepala lebar, wajah membulat, mulut selalu terbuka, ujung lidah besar,hidung lebar dan datar, kedua lubang hidung terpisah lebar, jarak lebar antar dua mata,kelopak mata mempunyai kelopak mata epikantus sehingga mirip dengan orang oriental, iris mata kadang-kadang berbintik yang disebut bintik-bintik “Brushfield”
            Berdasarkan tanda-tanda yang menyolok itu biasanya dengan mudah kita dapat mengenalnya pada pandangan pertama.
            Tangan dan kaki kelihatan lebar dan tumpul, telapak tangan kerpa kali memiliki garis tanganyang khas abnormal, yaitu hanya sebuah garis mendatar saja.Ibu jar kaki dan jari kedua ada kalanya tidak rapat.
            Mata, hidung dan mulut biasanya tampak kotor serta gigi rusak. Hali ini disebabkan karena ia tidak sadar menjaga kebersihan dirinya sendiri. IQ rendah yaitu antara 25-75, kebanyakan kurang dari 40.  Biasanya mempunyai kelainan pada jantung dan tidak resisten terhadap penyakit. Karena itu dulu penderita biasanya maksimal berumur 20 tahun, tetapi dengan tersedianya berbagai macam antibiotika, maka usia mereka kini dapat diperpanjang.
            Pada umumnya penderita sindroma Down selalu tampak gembira, mereka tidak sadar akan cacat yang dideritanya.

            Penderita pria rupa-rupanya steril, walaupun hasil penelitian di “Panti Asih” (tempat asuhan anak-anak penderita sindroma Down titipan berbagai keluarga yang terletak di Pakem, Daerah Istimewa Yogyakarta) dapat diketahui bahwa cukup banyak penderita pria melakukkan onani, suatu tanda bahwa mereka sebenarnya mempunyai kesadaran seksual. Sebaliknya ada penderita yang dilaaporkan melehirkna anak ( Bukan di Pakem). Risiko mendapatkan anak sindroma Down tidak tergantung dari bangsa, kedudukan atau keadaan sosial orang  tua. Pada saat ini sindroma Down merupakan cacat (abnormalitas) kelahiran yang paling banyak dijumpai dengan frekuensi satu dalam 600 kelahiran hidup.

            Dari sudut sitologi dapat dibedakan dua tipe sindrom Down:
1.      Sindrom Down Triplo 21 atau Trisomi 21, sehingga penderita memiliki 47 kromosom. Penderita laki- laki = 47,XY, +21 sedang penderita perempuan = 47,XX, +21. Kira- kira 92,5% dari kasus semua sindrom Down tergolong dalam tipe ini.

2.      Sindrom Down Translokasi. Translokasi ialah peristiwa terjadinya perubahan struktur kromosom, disebabkan karena suatu potongan kromosom bersambung dengan potongan kromosom lainnya yg bukan homolognya. Pada sindrom Down translokasi, lengan panjang dari autosom nomor 21 melekat pada autosom lain, kadang- kadang dengan autosom nomor 15 tetapi yang lebih sering dengan autosom nomor 14. Dengan demikian individu yang menderita sindrom Down translokasi memiliki 46 kromosom.

            Kromosom yang mengalami translokasi dinyatakan dengan tulisan: t(14q21q) yang dapat diartikan t = translokasi; 14q = lengan panjang dari autosom 14; 21q = lengan panjang dari autosom 21 (Lengan pendek dari sebuah kromosom dinyatakan dengan huruf p). Penderita dari kedua tipe sindroma Down itu identik.

Terjadinya Anak Sindrom Down

            Lahirnya anak sindrom Down itu berhubungan erat dengan umur ibu. Tidak ada korelasi yang konsisten dengan umur ayah. Semua perempuan lahir dengan semua oosit yang pernah dibentuknya., yaitu berjumlah hampir tujuh juta. Semua oosit tadi berada dalam keadaan istirahat pada profase I dari meiosis sejak sebelum ia lahir sampai mengadakan ovulasi. Denagn demikian maka suatu oosit dapat tinggal dalam keadaan istirahat untuk 12-45 tahun. Selama waktu yang panjang itu, oosit dapat mengalami nondisjunction. Berhubung dengan itu penderita sindrom Down biasanya terlahir sebagai anak terakhir dari suatu keluarga besar atau dari seorang ibu yang melahirkan pada usia agak lanjut.

            Sebaliknya, testis menghasilkan kira- kira 200 juta spermatozoa sehari dan meiosis di dalam spematosit keseluruhannya membutuhkan waktu 48 jam atau kurang. Berhubung dengan itu nondisjunction boleh dikata tidak pernah berlangsung selama spermatogenesis.

            Pada sindroma Down trisomi-21, nondisjunction dalam meiosis I menghasilkan ovum yang mengadung dua buah autosom nomor 21 dan bila ovum ini dibuahi oleh spermatozoa normal yang membawa autosom nomor 21, maka terbentuklah zigot trisomi-21.

            Ada beberapa pendapat tentang mengapa terjadi nondisjunction, yaitu:
a)      Mungkin disebabkan adanya virus atau karena ada kerusakan akibat radiasi. Gangguan ini makin mudah berpengaruh pada wanita yang berumur tua.
b)     Mungkin disebabkan adanya pengandungan antibody tiroid yang tinggi.
c)      Sel telur akan mengalami kemunduran apabila setelah satu jam berada di dalam saluran fallopii tidak dibuahi. Oleh karena itu para ibu yang berusia agak lanjut (melebihi umur 35 tahun) biasanya akan menghadapi resiko lebih besar untuk mendapatkan anak sindroma Down Tripel-21.
Akan tetapi seperti diketahui, kadang-kadang dijumpai penderita sindroma Down yang hanya memiliki 46 kromosom. Individu ini ialah penderita sindroma Down translokasi 46,t(14q21q). Setelah kromosom dari orang-tuanya diselidiki terbukti bahwa ayahnya normal, tetapi ibunya hanya memiliki 45 kromosom, yaitu termasuk satu autosom 21, satu autosom 14 dan satu autosom translokasi 14q21q. Jelaslah bahwa ibu merupakam “carrier” yang walaupun memiliki 45 kromosom 45,XX,t (14q21q) ia adalah normal. Sebaliknya, laki-laki “carrier” sindroma Down translokasi tidak dikenal dan apa sebabnya demikian, sampai sekarang tidak diketahui.

Ibu yang menjadi “carrier” tadi, yaitu 45,XX,t(14q21q) akan membentuk sel telur dengan berbagai kemungkinan, seperti:
1.      Sel telur yang membawa autosom 14,21
2.      Sel telur yang membawa autosom translokasi 14q21q
3.      Sel telur yang membawa autosom t(14q21q),+21
4.      Sel telur yang membawa autosom 14
5.      Sel telur yang membawa autosom t(14q21q),+14
6.      Sel telur yang membawa autosom 21

Jadi perkawinan orang laki-laki normal (46,XY) dengan perempuan “carrier” sindroma Down translokasi yang tampak normal, yaitu 45,XX,t(14q21q) seperti pada kasus di muka ini diharapkan menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip 2 normal : 1 sindroma Down.
Tambahan atau hilangnya kromosom besar (baik trisomi atau monosomi) bersifat letal.


Daftar Pustaka
Suryo. 2010. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar