BAB
I
PENDAHULUAN
Kanker Leher
Rahim (Kanker Serviks) adalah
tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim. Di sel serviks akan terjadi
pembelahan abnormal dan membelah secara tak terkendali. Diperkirakan seorang
wanita meninggal setiap dua menit akibat kanker serviks ini dan diperkirakan
angka kematian mencapai 270.000 setiap tahunnya. Secara keseluruhan kanker ini
merupakan kanker mematikan dengan urutan nomor dua di dunia pada wanita dengan
usia dibawah 45 tahun.
Angka kejadian
yang besar ini, 85 % terjadi pada Negara yang kurang berkembang dikarenakan
tidak adanya fasilitas screening yang dapat mendeteksi gejala kanker sejak
dini. Dengan metode screening yang ada dapat dilakukan pemeriksaan pembelahan
yang abnormal pada serviks. Kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human
Papillimavirus (HPV) tipe onkogenik. Sampai sekarang telah diidentifikasi
kurang lebih 120 tipe virus ini. Dari 100 tersebut, penyebab kanker serviks
terdapat 15 yang merupakan tipe onkogenik dan dapat menyerang serviks.
Diperkirakan bahwa onkoprotein HPV bercampur dengan respons kekebalan alami dan
memprogramkan kematian sel, kecepatan pertumbuhan sel menjadi meningkat, dan
sel - sel epitel yang terinfeksi menjadi lebih rentan terhadap faktor pemicu
sekunder yang dapat merusak sel dan berlanjut menjadi kanker.
Pencegahan
kanker serviks dapat dicegah dengan pemberian vaksin yang digunakan untuk
melindungi dari infeksi HPV onkogenik. Pemberian vaksin yang bersamaan dengan
screening akan dapat mengurangi resiko kanker serviks sejak dini. Oleh karena
itu di dalam makalah ini, kami mencoba mengulas seputar kanker serviks,
bagaimana gejala awal hingga screening dan metode pengobatan yang telah ada
agar mampu menginformasikan kepada masyarakat, dalam hal ini teman-teman agar
dapat mengenali gejala kanker serviks sejak dini.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Kanker Serviks
Kanker
leher rahim atau disebut juga kanker serviks
adalah sejenis kanker
yang 99,7% disebabkan oleh human papilloma
virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Kanker ini dapat
hadir dengan pendarahan vagina, tetapi gejala kanker ini tidak terlihat sampai
kanker memasuki stadium yang lebih jauh, yang membuat kanker leher rahim fokus
pengamatan menggunakan Pap smear.
Di negara berkembang, penggunaan secara luas program pengamatan leher rahim
mengurangi insiden kanker leher rahim yang invasif sebesar 50% atau lebih.
Kebanyakan penelitian menemukan bahwa infeksi human papillomavirus
(HPV) bertanggung jawab untuk semua kasus kanker leher rahim. Perawatan
termasuk operasi
pada stadium awal, dan kemoterapi
dan/atau radioterapi pada stadium akhir penyakit.
2.2 Gejala
Pada awalnya awal mula kanker servisk
dapat berupa pembakal kanker atau lesi prakanker. Perubahan prekanker ini
biasanya tidak menimbulkan gejala dan tidak terdeteksi kecuali jika wanita
tersebut menjalani pemeriksaan panggul atau pap smear. Gejala biasanya baru
muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup
ke jaringan sekitarnya. Pada saat ini dapat timbul gejala seperti gangguan
menstruasi, perdarahan vagina, serta keputihan. Sementara itu tanda lain yang
mungkin timbul antara lain adalah :
1. Hilangnya nafsu makan dan berat
badan
2. Nyeri tulang panggul dan tulang
belakang
3. Nyeri pada anggota gerak (kaki)
4. Terjadi pembengkakan pada area kaki
5. Keluarnya feaces menyertai urin
melalui vagina
6. Hingga terjadi patah tulang panggul
2.3 Proses terjadi
Awal mula terjadinya kanker ini adalah invasi HPV ke dalam
sel yang mulai memblok jaringan disekitarnya. Secara normal, sel-sel tumbuh dan
membelah untuk membentuk sel-sel baru ketika tubuh membutuhkan mereka. Ketika
sel-sel tumbuh menjadi tua, mereka mati, dan sel-sel baru mengambil tempat
mereka. Kadangkala, proses yang teratur ini berjalan salah. Sel-sel baru
terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan mereka, dan sel-sel tua tidak mati
ketika mereka seharusnya mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk massa dari
jaringan yang disebut pertumbuhan atau tumor. Leher rahim adalah bagian dari
sistem reproduksi wanita. Ia adalah bagian bawah yang sempit dari rahim atau
kandungan. Rahim adalah organ berongga yang berbentuk buah per pada perut
bagian bawah. Mulut rahim(serviks) menghubungkan rahim ke vagina. Vagina
menjurus pada bagian luar tubuh. Apabila kanker bermula di serviks, dinamakan
kanker serviks. Tahap pra kanker :
1.
displasia
ringan (5 tahun)
2.
displasia
sedang (3 tahun)
3.
displasia
berat (1 tahun) sampai menjadi kanker stadium 0
4.
Tahap pra
kanker ini sering tidak menimbulkan gejala (92%)
2.4 Faktor resiko kanker serviks
Resiko kanker serviks didapati oleh semua
wanita, banyak factor yang dapat menyebabkan terjadinya kanker ini. Factor
tersebut dibagi menjadi 2, yaitu:
1.
Faktor Internal
Faktor internal terutama keberadaan gen gen yang berperan pada
siklus sel telah menjadi pusat perhatian dalam hubungannya dengan proses
terjadinya pertumbuhan tumor.
2.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal terutama status sosial ekonomi yang rendah,
pemakaian kontrasepsi oral, merokok, paritas yang tinggi dan adanya riwayat
penyakit menular seksual, sistem imun yang rendah. Penyebab penyakit menular
seksual pertama kali diduga oleh Virus herpes simpleks tipe 2, tetapi kemudian
dipastikan bahwa penyebabnya adalah virus human papiloma setelah mempelajari
patogenesis kanker serviks uteri dan kondiloma akuminata
2.5 Stadium kanker
serviks
Klasifikasi Internasional untuk Stadium
Keganasan Serviks yang dikemukakan oleh Morehead(1965) dalam Prayitno(2005)
sebagai berikut:
International classification of
the cervical cancer:
Stage 0 : Intra epithelial
carcinoma
Stage 1 : Carcinoma in situ
Stage 2 : The carcinoma extends
beyond the cervix but not reached the pelvic wall
Stage 3 : The carcinoma has
reached the pelvic wall
Stage 4 : The carcinoma has
invaded another organ.
2.6 HPV
Human papillomavirus (HPV) adalah anggota virus
dari papillomavirus, yaitu virus yang mampu menginfeksi manusia pada epitel
dari kulit atau selaput lendir. Beberapa jenis hanya akan menyebabkan kutil,
sedangkan yang lain dapat bersifat karsinogenik. Salah satunya adalah
menyebabkan kanker serviks. Lebih dari 30 sampai 40 jenis HPV dapat ditularkan
melalui hubungan intim dan menginfeksi daerah dubur kelamin.
Ciri – cirri :
1.
Anggota famili
Papovirida
2.
ditularkan
secara seksual
3.
diameter 55
µm
4.
memiliki
kapsul isohedral yang telanjang dengan 72 kapsomer
5.
mengandung
DNA circular double stranded dengan panjang kira – kira 8000 pasang basa
Lebih dari 120 jenis HPV telah
diidentifikasi dan disebut dengan angka (pengelompokannya dalam angka). HPV
dengan jenis 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, dan 59 adalah jenis
yang beresiko tinggi dalam penularan melalui hubungan kelamin dan menyebabkan
pengembangan daerah epitel kulit yang abnormal.
HPV dengan tipe 16, 18, 31, dan 45 adalah
tipe yang dapat menyebabkan resiko tinggi terkena kanker serviks. Terutama tipe
16 telah diidentifikasi dan positif orofaringeal kanker-HPV (OSCC).
Dalam hubungannya dengan pertumbuhan tumor, terdapat dua golongan
gen;
·
Pertama adalah kelompok pemicu
terjadinya tumor yang lazim disebut tumor
oncogenes, seperti gen c-myc dan
gen ras.
·
Kedua adalah kelompok penekan
terjadinya tumor yang lazim disebut tumor
suppressor gene, seperti gen p53
dan gen Rb.
Hingga saat ini banyak peneliti sementara
menyimpulkan bahwa penyebab terjadinya kanker (50%) adalah adanya mutasi pada
gen-gen tersebut.
Mekanisme Molekuler HPV 16 & 18 :
1.
HPV16 dan
HPV18 memiliki onkogen E6 dan E7 dimana kedua ekspresi gen ini menjadi
prasyarat bagi perkembangan kanker dan pertahanan fenotip malignan
2.
Protein
E6 dan E7 dari HPV memodulasi protein seluler yang mengatur daur sel.
3.
HPV-16
berhubungan dengan squamous cell carcinoma serviks.
4.
HPV-18
berhubungan denganadenocarcinoma serviks.
5.
Prognosis dari adenocarcinoma kanker
serviks lebih buruk dibandingkansquamous cell carcinoma
6.
sifat
onkogenik HPV-18 lebih tinggi daripada HPV-16 yang dibuktikan pada sel kultur
dimana transformasi HPV-18 adalah 5 kali lebih besar dibandingkan dengan HPV-16
Mekanisme HPV 16 dan perubahan menjadi E6, Berikatan
dengan protein selular yang disebut E6-associated protein (E6-AP) membentuk
ubiquitin ligase E3 dengan target degradasi tumor suppressor p53. Degradasi p53
mengakibatkan sel tidak mengalami apoptosis ataupun memasuki cell cycle arest
pada G1/S.
Menginduksi protein c-myc
yang dapat memacu enzim telomerase yang menyebabkan sel bersifat immortal.
Menstimulasi ekspresi eksogenus gen hTERT (human telomerase reverse
transcriptase) yang mengkode subunit katalitik dari telomerase selain itu
induksi telomerase juga terjadi melalui perantara kompleks E6-AP
HPV dan Perubahan E7 Mengikat bentuk aktif terhipofosforilasi dari
p105Rb protein tumor supresor mengakibatkan destabilisasi dan hilangnya
kompleks pRb/E2F dimana kompleks pRb/E2F berfungsi menekan transkripsi gen yang
dibutuhkan untuk progresi siklus sel. Jalur p53 dan pRb saling berhubungan satu
sama lain: fosforilasi p105Rb yang mengakibatkan lepasnya kompleks Rb/E2F
diperantarai oleh cyclin-dependent kinase (cdk) dihambat oleh p21 yang
merupakan target transkripsi dari p53. Protein E6 dan E7 juga menunjukkan
ketidaktergantungannya pada aktivitas p53 dan pRb
Protein E7 dapat
menginhibisi p21 dan p27.Sebagian besar sel kanker servik mempunyai gen p53 dan
p105Rb dalam bentuk wild type. Jadi, gen pengatur pertumbuhan yang aktif dalam
sel normal ini juga terdapat dalam sel kanker leher rahim. Namun, aktivitasnya
dihambat oleh ekspresi protein E6 dan E7 dari HPV. Apabila ekspresi onkogen E6
dan E7 dihambat, maka protein tumor supresor p53 dan retinoblastoma aktif dan
sel kanker servik mengalami senescence yang kemudian menyebabkan apoptosis
2.7
Pencegahan dan Pengobatan
2.7.1
Pencegahan
Ada
2 cara untuk mencegah kanker serviks:
1. Mencegah terjadinya infeksi HPV
2. Melakukan pemeriksaan Pap smear
secara teratur .
Pencegahan terjadinya infeksi HPV
dengan menghindari hal-hal berikut ini:
1. Merokok
2. Melakukan pencucian vagina dengan
bahan antiseptic
3. Kekurangan vitamin C
4. Hubungan seks yang terlalu dini
5. Terlambat menikah
6. Penggsunaan estrogen
7. Berganti-ganti pasangan
2.7.2
Pemeriksaan
Terdapat 2 pemeriksaan yang dapat mencegah
atau dapat mendeteksi dini kanker serviks yaitu pap smear yang mana
dapat mendeteksi prekanker, perubahan pada jaringan serviks yang cenderung
untuk menjadi kanker serviks jika tidak diberi penatalakasanaan yang sesuai.
Pemeriksaan yang lain pula adalah tes HPV yang mana mendeteksi virus yang
menyebabkan perubahan pada jaringan serviks.
Pemeriksaan pap smear merupakan
pemeriksaan skrining regular yang sederhana, murah, praktis, dapat dilakukan di
sarana pelayanan kesehatan primer, baik klinik swasta maupun pemerintah.
Sewaktu melakukan pap smear, dokter akan menggunakan instrumen plastik
atau besi yang disebut spekulum untuk membuka vagina, agar dokter dapat memeriksa
vagina dan serviks dan mengambil beberapa sampel jaringan dan mukus dari
serviks dan area disekitarnya. Sampel jaringan tersebut kemudiannya diletakkan
pada slide kaca dan kemudian diperiksa ke patologi klinik, adakah normal
atau tidak jaringan tersebut.
Pemeriksaan pap smear ini seharusnya
dilakukan pada umur 21 tahun, atau dalam waktu 3 tahun selepas mula-mula
melakukan hubungan seksual. Pemeriksaan ini merupakan skrining kanker yang
senang didapat dan juga efektif karena dapat mendeteksi infeksi dan inflamasi.
Ditambah pula, pemeriksaan HPV juga berguna untuk skrining wanita yang berusia
30 tahun keatas jika mereka mempunyai hasil pemeriksaan pap smear yang
tidak pasti. Adalah sangat penting untuk melakukan pap smear secara
kontinu melainkan jika seseorang itu sudah berusia 65 tahun, mempunyai hasil
pap smear yang normal untuk selama beberapa tahun, dan telah melakukan
histerektomi (CDC, 2010). Wanita sewaktu menjalani pemeriksaan pap ini
seharusnya tidak mengalami menstruasi, dimana waktu yang sesuai adalah antara
10 hingga 20 hari selepas hari pertama menstruasi.
Kira-kira 2 hari sebelum melakukan pap
smear, sebolehnya menghindar dari menggunakan tampon atau obat-obatan untuk
vagina karena dapat menghapus jaringan yang abnormal pada serviks. Malah,
wanita seharusnya tidak melakukan hubungan seksual untuk 1 atau 2 hari sebelum
karena hasil yang tidak pasti akan diperoleh ( National Cancer Institute,
2009).
2.7.3
Pengobatan
Pemilihan
pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran tumor,
stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk
hamil lagi.
1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP.
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP.
Dengan
pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat.
2. Terapi penyinaran
Terapi
penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih
terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi
untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya.
Ada 2
macam radioterapi:
·
Radiasi eksternal
sinar berasar dari sebuah mesin
besar ,p enderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya
dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
·
Radiasi internal
zat radioaktif terdapat di dalam
sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama
1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa
diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah:
·
iritasi rektum dan vagina
·
kerusakan kandung kemih dan rectum
·
Pemberhentian ovarium
3.
Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang
dianjurkan untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan
untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan
intravena atau melalui mulut
.Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu
periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan
pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya.
4. Terapi biologis
Pada
terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh
dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi
Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi
BAB
III
PEMBAHASAN
Suatu cara untuk pengobatan kanker serviks seiring dengan perkembangan
jaman telah memunculkan ide baru dalam pengobatan ini. Pengobatan yang dapat
dilakukan yaitu dengan terapi gen. Terapi gen adalah teknik untuk mengoreksi
gen-gen yang cacat yang bertanggung jawab terhadap suatu penyakit atau
perbaikan kelainan genetik dengan memperbaiki gen.
Salah satu
penelitian yang telah dilakukan adalah inhibisi pertumbuhan sel kanker servik
in vitro dan in vivo dengan lentiviral-vector delivered short hairpin RNA
targeting human papillomavirus E6 dan E7 onkogen. Dari studi tersebut
menunjukkan bahwa siRNA delivered oleh suatu lentivirus dapat secara efektif,
spesifik, dan stabil menekan ekspresi target onkogen E6 dan E7 sel Hela dalam
kanker serviks dan menyebabkan apoptosis dan penuaan sel – sel ini. Menggunakan
model transplantasi tumor, LV-shRNA dapat menghambat sebagian atau seluruh
pertumbuhan tumor tergantung pada dosis
infeksi. Hasil ini mendorong penyelidikan lebih lanjut dari RNAi sebagai pengobatan
yang potensial untuk kanker serviks.
Mekanisme siRNA
yakni memasukkan hairpin RNA yang berisi sekuens yang komplemen dengan gen E6
dan E7. Di dalam sel, hairpin akan di degradasi oleh enzim RNase membentuk
siRNA. siRNA akan menempel pada sekuens mRNA E6 dan E7 menyebabkan mRNA E6 dan
E7 di degradasi RNase membentuk siRNA lagi.
Cara lain terapi
gen adalah dengan antisense terapi. Memasukkan insersi mRNA antisense onkogen
E6 dan E7 ke dalam sekuens gen yang sama pada promotor. Sehingga saat
ditranskripsi, antisense akan ikut tertranskripsi sehingga mRNAnya akan saling
membentuk duplex dan tidak akan bisa tertranslasi. Karena itu cara ini efektif
dalam mengobati kanker serviks.
Dapat dilihat
pada gambar diatas mekanisme antisense terapi adalah sebagai berikut:
è Molekul
antisense akan masuk ke dalam sitoplasma sel
è Bersamaan
dengan itu di dalam nucleus akan terjadi proses transkripsi DNA membentuk mRNA
è mRNA
yang terbentuk akan di keluarkan dari nucleus menuju ke ribosom
è karena
adanya molekul antisense di sitoplasma maka molekul ini akan menempel pada mRNA
tadi sehingga tidak terjadi proses translasi.
Ada juga cara
lain yang dapat digunakan, terapi dengan mendelesi gen E6 dan E7 karena
fungsinya tidak begitu essential dibandingkan resiko kanker yang ada. Fungsi E6
dan E7 yang terdelesi secara umum sekarang dapat digantikan dengan obat-obatan
terapeutik. Menurut kelompok kami cara ini kurang baik digunakan dalam
mengobati kanker serviks karena pada faktanya mengonsumsi obat – obatan
tertentu secara berlebihan akan menimbulkan efek negative di antaranya:
timbulnya resistensi terhadap obat tersebut, sehingga untuk pengobatan
selanjutnya perlu dosis yang lebih tinggi. Dosis yang lebih tinggi biasanya
beresiko menimbulkan dampak yang lain lagi (penyakit yang diderita tambah
parah).
Pada proses delesi maka urutan asam amino yang salah akan menyebabkan
produksi protein yang salah pula, sehingga menyebabkan protein ini tidak
berfungsi. Dalam terapi delesi E6 dan E7 diharapakan protein yang menyebabkan
kanker serviks ini tidak berfungsi.
BAB
IV
KESIMPULAN
Kanker serviks
disebabkan oleh berbagai macam factor salah satunya oleh HPV. Jenis HPV yang
paling banyak beresiko kanker serviks yaitu tipe HPV16 dan HPV18. HPV 16 dapat
menyebabkan squamous cell carcinoma
serviks dan HPV18 dapat menyebabkan adenocarcinoma serviks. Terapi gen yang
dapat dilakukan untuk pengobatan kanker ini antara lain delesi E6 dan E7,
penggunaan siRNA, dan antisense. Ketiga penggunaan ini yang paling effektif adalah
pengguanaan siRNA atau antisense.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar